Rabu, 01 April 2009

KLIPING NASKAH MELAYU BERPINDAH KE MALAYSIA


Dari Diskusi “Menyelamatkan Naskah-naskah Melayu Riau”

RISAU, NASKAH MELAYU BERPINDAH KE MALAYSIA

“Cara pandang Malaysia terhadap Indonesia tak sebaik bagaimana Indonesia memandang Malaysia. Dalam berbagai kasus mereka tidak menghormati kita...”

Laporan Harry N. Koriun, Pekanbaru,
habeka33@yahoo.com.

Persoalan makin banyaknya naskah-naskah kuno Indonesia yang berpindah ke Malaysia, nampaknya belum akan berakhir. Dengan berbagai cara, Pemerintah Malaysia melakukan pencarian naskah-naskah Melayu, ke berbagai tempat, mulai dari Kepulauan Riau (Kepri), Riau, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan bahkan sampai ke Sumbawa.
Malaysia tengah bergerak secara cepat dan melakukan tindakan riil, bahwa mereka ingin menjadi pusat kebudayaan Melayu. Sementara keinginan Riau menjadi pusat kebudayaan Melayu tahun 2020, masih hanya sebuah jargon, belum ada tindakan nyata.
“Saya tidak sepenuhnya menyalahkan Malaysia. Mereka memang orang kaya baru dan agresif, semuanya ingin terdepan. Sementara kita masih hanya bicara, tidak melakukan apa-apa,” kata budayawan Al Azhar, dalam diskusi Menyelamatkan Naskah-naskah Melayu Riau yang digelar Badan Kerjasama Kesenian Indonesia (BKKI) Riau, di Bandar Serai, Sabtu (5/4). Hadair dalam acara itu beberapa sastrawan dan budayawan seperti Husnu Abadi, Elmustian Rahman, Taufik Effendi Aria, Marhalim Zaini, M. Badri dan beberapa mahasiswa dari berbagai universitas.
Al Azhar mengkritik apa yang dilakukan Malaysia yang masuk ketika naskah-naskah Tenas Effendi dibawa ke University Kebangsaan Malaysia (UKM) dan dibuatkan portalnya. Terrnyata, siapa yang mengakses portal itu harus membayarnya. “ Saya pernah menyampaikan protes kepada mereka. Kami orang Riau yang memiliki naskah tersebut, tetapi untuk mengaksesnya harus bayar. Ada komersialisasi yang mereka lakukan dengan tujuan mendapatkan keuntungan,” jelasnya.
Kata Al Azhar, Malaysia sedang berjuang dan menunjukkan dirinya siapa yang menjadi pemimpin Melayu saat ini dan mereka paham bahwa naskah-naskah Melayu banyak berada di Indonesia. Untuk itulah mereka melakukan berbagai cara bisa mendapatkan naskah-naskah tersebut. Beberapa waktu lalu sebuah media Jakarta menulis hasil investigasinya tentang perdagangan naskah-naskah Melayu di kepri. Dan belakangan, hal itu ramai lagi karena pihak Malaysia terus bergerilya di berbagai daerah di Indonesia. “ Cara pandang Malaysia terhadap Indonesia, tak sebaik bagaimana Indonesia memandang Malaysia. Dalam berbagai kasus, mereka tidak menghormati kita,” jelas Al Azhar.
Sayangnya pihak Indonesia abai masalah ini. Banyak naskah-naskah Melayu yang disimpan di Museum Sang Nila Utama, kini memprihatinkan. Tak terawat dengan baik. Pihaknya pernah meminta kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Riau untuk membantu menyelamatkan naskah tersebut dengan melakukan pemotretan namun diabaikan. Bahkan, ketika pemerintah Belandamenawarkan membantu scara gratis, juga ditolak.
Harian Riau Pos, Selasa, 8 April 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar