Rabu, 01 April 2009

PUISI ADA YANG MELUKIS DI ATAS GELOMBANG

Husnu Abadi

ADA YANG MELUKIS DI ATAS GELOMBANG
/Kepada Ch

Mereka melukis di atas gelombang, sore ini
Mengumpulkan kata demi kata
Berhari-hari, berlari-lari
Tak juga ada yang mengerti

Kemana saja air itu mengalir
Menyusuri sungai-sungai yang kian hari kian bersedih
Anak-anak sungai tak lagi dapat melukis kehidupan
Tergerus ombak yang berlari diayun zaman

Ada yang melukis di atas gelombang, sore ini
Membaca ombak demi ombak
Tak sudah sudah
Ketika air mata mengayunkan syair-syair kerinduan
Ketika mata air menghanyutkan kelalaian demi kelalaian
Dan berakhir di ujung senja
Ya, diujung senja

Kampus darussalam, 0506



MENULIS DALAM GELOMBANG

Menulis di dalam gelombang
Seribu kata merangkak ke tepian
Sepanjang pantai
Pada tujuan yang semakin buram

Menulis di dalam gelombang
Seribu baris menghalau angin jalang
Jiwa merayap menghalau angin jalang
Jiwa merayap pada garis sempadan
Memikul kekalahan demi kekalahan

Segala kata
Segala kata
Berbenturan
Berlawanan
Semakin kehilangan
Kekuatan
Dan kesempatan

Ladangsakai, 2000



SEPASANG MERPATI BERLARIAN SEHARIAN
/untuk farah & devon

Sepasang merpati berlarian seharian
Menuju taman kota di ujung selatan
Melewati perhentian demi perhentian
Yang selalu menggoda setiap pejalan

Ada sepasang merpati berlarian seharian
Menerbangkan barisan awan dan beribu kata-kata
Membuat kalimat demi kalimat
Tak tamat-tamat

Kata demi kata yang terbang tadi siang
Berhamburan ke semua jalan
Tak bisa dibaca orang-orang jalanan

Ada sepasang merpati berlarian seharian
Memungut kata demi kata
tak sudah sudah
berubah menjadi lukisan

ribuan para pejalan
tersenyum dan terpana
hingga tua

Ada sepasang merpati berlarian seharian
Melampaui masa masa sendirian

Pku-Denpasar, 0506


DOA SEORANG ANAK PADA SEBUAH KAMPANYE DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK
· Untuk sang walinegeri

gerimis kelam turun pada suatu senja
ketika iring-iringan pesta yang panjang
menyanyikan lagu-lagu pujian
dan anak-anak berkeliaran
di atas perahu yang hampir ketinggalan

ada barisan seniman menciptakan mantera
memukau dan memukau
menari dan menari
sampai sampai ada yang lupa diri
dan anak-anak berkeliaran
di atas perahu yang hampir ketinggalan

serombongan anak berdiam dan berdiam
ingat sungai ingat tepian
ingat surau ingat sekolahan
ada yang berbisik
ada yang berisik

kalaulah bu guru yang teladan
kalaulah sekolah yang tak dilupakan
kalaulah pinggiran menjadi buah percakapan
maka akulah masa depan
maka akulah masa depan

bandar senapelan, 13 mei 2006



KETIKA SEORANG NENEK MENYAPA PAGI INI
· buat Pak E.S.

sejak dini hari seorang nenek membangunkan kota yang pulas dan telah begitu lama bermimpi
ia berzikir tak henti-henti sambil mengayunkan selendangnya dan
segenap debu kota terbang ke angkasa dan tak mungkin kembali
seorang nenek menyapa pagi ini kepada semua pejalan kota

aku datang dari sungai, besar di sungai dan berkelana di tepi sungai
banyak gelombang yang membuatku sanggup hidup begitu lama
banyak keramahan yang kusaksikan telah memperpanjang harapan orang-orang lama
banyak lagu-lagu kehijauan yang dinyanyikan

tetapi nenek itu tetap saja mengembara
selendangnya diterbangkan
tasbihnya dihanyutkan riak-riak sungai
sampai akhirnya bersurai di ujung sungai

sejak dini hari seorang nenek telah membangunkan kota
kota yang menjadi harapan orang-orang pinggiran
kota yang menjadi inspirasi kaum seniman
kota yang telah menjadi ladang perburuan

sejak dini hari seorang nenek menyapa anak-anak jalanan
mungkin sampai ujung pelabuhan

bandarsenapelan- tepi sungai siak 2006/07


NYANYIAN MANTERA ANAK-ANAK KETIKA BELAJAR MEMBACA PADA MUSIM KEMARAU YANG PANJANG TAHUN INI

Ya hutanhutan ku
Ya hutanhutan mu
Ya apiapi ku
Ya apiapi mu
Ya bakarbakar mu
Ya bakarbakar ku
Ya risaurisau ku
Ya risaurisau mu
Ya rindurindu ku
Ya rindurindu mu
Ya Riauriau ku
Ya Riauriau mu
Ya gundulgundul mu
Ya gundulhutan ku
Ya hutanrisau mu
Ya gundulrisau ku
Ya Hutanghutang mu
maka yang resah itulah aku

Ya sungaisungai mu
Ya sungaisungai ku
Ya airair mu
Ya airair ku
Ya resahair ku
Ya sungaiair ku
Ya banjirbanjir mu
Ya hutangundul ku
Ya matamata mu
Ya matimata ku
maka yang mati itulah aku

Ya mataair mu
Ya mataair ku
Ya risauair mu
Ya risaumata ku
Ya tanahtanah mu
Ya Riautanah ku
Ya keringkering mu
Ya keringkering ku
Ya laralara mu
Ya laralara ku
Ya asapasap mu
Ya asapasap ku
Ya resah asap mu
maka yang pasrah itulah aku

ya lagulagu ku
ya lagulagu mu
ya gilagila ku
ya gilagila mu
ya gulagula mu
ya gulagula ku
ya sepisepi ku
ya sepisepi mu
ya batubatu mu
ya batubatu ku
ya nisannisan mu
ya nisannisan ku
maka yang tobat itulah aku

ya diamdiam ku
ya diamdiam mu
ya mautmaut mu
ya mautmaut ku
ya mala-ikat ku
ya mala-ikat mu
maka sampai lah aku di pintu maut

pku-mksr, sept 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar