Rabu, 01 April 2009

PUISI SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA

Husnu Abadi

SAJAK SEORANG IBU KEPADA ANAKNYA YANG AKAN BERANGKAT KE PELABUHAN KEHIDUPAN

Aku tulis sajak ini
Ketika hari ini engkau telah tetapkan pilihan
Engkau telah memilih seseorang yang akan mendampingimu dalam mengarungi kehidupan
Engkau telah memilih untuk meninggalkan aku
Setelah puluhan tahun aku menawarkan arahan, keteladanan, nasehat, kearifan dan bagaimana engkau harus melangkah
Ya memang begitulah hukum kehidupan
Ada yang dilahirkan, dibimbing, dibesarkan dan akhirnya dikawinkan

Aku tulis sajak ini saat bulan tua
Setiap ibu pasti merasa kehilangan ketika satu persatu anak-anaknya diantarkan ke pelabuhan kehidupan
Ada air mata yang tumpah, ada mata air kasih sayang yang terpaksa tak dapat mengalir seperti sedia kala
Aku dan nasibku akan mengikuti aliran air entah sampai dimana

Aku jadi ingat tiga puluhan tahun yang lalu
Ketika aku juga berangkat dari pelabuhan Pulau Sula mencari kehidupan baru
Bapak dan ibuku juga mengiringiku dengan air mata kecemasan dan juga air mata pengharapan
Ya begitulah nyanyian kehidupan, sebuah nyanyian yang terkumpul didalamnya pengharapan dan kecemasan
Datang, merangkak, berjalan, dewasa dan akhirnya mengembara di belantara kehidupan
Tak semua impian kehidupan menjadi kenyataan, ada yang manis dan ada pula yang pahit berkepanjangan
Renungkanlah hal ini, anakku

Aku tulis sajak ini saat rembulan tersenyum
Tak ada yang lebih menggembirakan hati ketika aku mendengar engkau telah dapat berjalan dengan kokoh di atas gelombang
Tak ada lautan yang tak dapat dilayari
Tak ada gunung yang tak dapat didaki
Tak ada jurang yang tak dapat dilalui

Kini aku hanya dapat bersuara lirih dan berdoa
Kulepas engkau di dermaga pelabuhan ini
Pandanglah ke depan
Pandanglah pulau kehidupan itu
Sementara itu aku melepas kepenatanku yang semakin terasa dan semakin terlupakan

Pantaisanur, 20 juli 2007


Sajak ini /ditulis dan dibacakan pada acara pesta perkawinan Miska dan Ubay, di Inna Sindu Beach Hotel, Sanur, Denpasar, hari Jumat, 20 Juli 2007, atas permintaan khusus ibu kandung sang pengantin puteri, Usri Indah Handayani.


PIDATO TERAKHIR SEORANG REKTOR UNTUK MEREKA YANG IKUT MENGUKIR TINTA EMAS


Hari ini aku telah menyaksikan
Jejak langkahmu yang tengah mengembara
Aku menyaksikan dengan diam-diam
Perjalananmu yang gegap gempita
Ikut mengharumkan
Ikut menyuburkan
Bunga-bunga yang tumbuh di taman ini
Di kampus ini

Aku telah turut menyaksikan
Derap nafasmu yang terbata-bata
Tawa dan gelegar suaramu yang meronta
Ikut menggerakkan
Ikut menghidupkan
Ikut mencerahkan
Denyut nadi sang penggembala
Di kampus ini

Berlayarlah
Berlayarlah
Berlayarlah
terus dan terus
jangan lagi menoleh ke belakang
walau gelombang menggoyangmu
hingga engkau sampai ke pelabuhan
hingga engkau sampai ke seberang
bawalah hikmah
bawalah kearifan
yang telah engkau renggut
yang telah engkau timba
dari perigi ilmu
dari kampus ini
kampus darussalam

hari wisuda, 09 oktober 2004


Sajak ini ditulis untuk menyampaikan penghargaan bagi para aktifis mahasiswa yang diwisuda, ditulis dalam bentuk kalimat terima kasih dengan mempergunakan nama dan jabatan Rektor UIR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar